Selasa, 29 November 2011

Sekolah, naik sepeda, mengenal warna

Dua tahun, satu bulan.

Novel sudah sekolah di PAUD. Seminggu berangkat 2 kali, sore hari @ 1 jam. Sebetulnya kami tidak ingin tergesa2 menyekolahkan. Tapi berhubung dia senang ada banyak teman, akhirnya kami sekolahkan, tanpa harapan muluk untuk berprestasi. Cukuplah bisa bersosialisasi dengan teman2.

Awalnya Novel cuma main2 saja, tapi sekarang sudah mau ikutan berbaris dan melakukan aktifitas permainan. Kemarin diminta memasukkan potongan2 sedotan ke tali rafia, dia bisa melakukannya.

Novel memang aktif dan motoriknya sudah baik. Dia sekarang sudah bisa bermain sepeda roda empat: naik, turun, menggenjot, menjalankan kemudi….

Juga sudah mengenal beberapa warna: hijau, merah, oranye, hitam, biru.





Rabu, 21 September 2011

jelang dua tahun, berbagai ekspresi

Alhamdulillah setelah disapih--dengan proses penyapihan yang gampang, tidak rewel dan cepat--Novel sekarang sudah mau makan (kecuali ketika giginya mau tumbuh lagi). Dan ini berbagai ekspresi lucu yang terekam kamera...





Senin, 11 Juli 2011

jalan-jalan ke SEMARANG

Pingin banget ngajak Novel jalan2 ke kebun binatang. Akhirnya bisa kesampaian dengan menebeng bus anak tk yang piknik. he he he...


Gak cuma ke kebun binatang, kami juga ke wonderia, bandara, dan masjid agung.











Selasa, 05 Juli 2011

TERBAKAR: SEBUAH MOMEN DALAM PENCIPTAAN KARYA

TERBAKAR: SEBUAH MOMEN DALAM PENCIPTAAN KARYA


Dalam proses penulisan karya, ada satu momen yang sangat aku harapkan. Aku menyebutnya ‘terbakar’. Ini adalah momen ketika tokoh-tokohku seakan merasuk dan menuntun jemariku menorehkannya. Aku sangat bergairah hingga segala pikiran, emosi dan tingkah laku tokohku mengalir begitu saja.

Itu yang terjadi pada penciptaan novel Pangeran Langit. Maka, simaklah kutipan diskusi  bookaholik di Koran JawaPos 23 Mei 2011 hal. 11. “Novel yang unik. Deskripsi penokohannya detail banget. Jadi, aku ngerti banget karakter tiap tokoh yang digambarkan. Bahasanya catchy dan nggak ngebosenin.” Itu kata Dimas, salah satu peserta diskusi.

Devima, peserta lain, bahkan teringat temannya yang mempunyai masalah serupa dengan tokoh Langit—lajang 30 tahun yang  mengalami dilema dalam pencarian pasangan hidup. Dan dia kagum dengan penokohan langit.

Karakter tokoh lain—Setya—justru lebih menarik perhatian peserta bernama Nindy. Setya adalah sahabat Langit yang selalu ceria itu adalah sosok yang energik dan periang. Namun dia mempunyai masa lalu yang tak kalah suram dari Langit.

Lebih lagi komentar Cana. Dia bilang novel ini spesial karena mengambil fakta mengenai perempuan lajang yang sudah berumur. Sebagai seorang perempuan, dia bisa memahami fakta ini. Dan kurasa dia hendak mengatakan bahwa cerita ini benar-benar ‘female banget’.

Namun, jauh sebelum buku ini terbit, seorang yang kukenal di dunia maya membaca draft novelku dan berkomentar:

"Sebagai laki-laki, Aveus Har berhasil menjabarkan pergolakan batin seorang Langit. Saya memahami perasaan Langit karena sangat mewakili hati para jomblowati macam saya"
Dia adalah Laura Khalida—penulis, mantan redaktur majalah Muslimah. Yang membuatku merasa tersanjung.


Dan kau tahu, aku adalah laki-laki. Langit dan semua cerita yang bergulir bukan duniaku sesungguhnya. Namun bagaimana aku bisa menyuguhkan cerita yang sangat pas dengan pikiran, emosi, perlikaku—psikologi perempuan?

Kurasa, itu karena aku ‘terbakar’. Dan peristiwa terbakar itu masih menjadi misteri bagiku. Aku ingin selalu terbakar ketika menulis—sayangnya tidak bisa kutemukan bagaimana aku bisa terbakar. Aku hanya berusaha mengumpulkan genangan bensin: pikiran, perenungan, literatur, observasi.

Namun, seperti yang kutulis dalam ucapan terima kasih di buku itu: sebuah percikan api justru datang dari interaksi tak sengaja dengan seseorang yang bahkan aku sudah lupa namanya. Sebuah sms yang membuatku dimaki-maki pacar cewek yang kubantu menambalkan ban motornya suatu malam.

Jadi, bagaimana sebenarnya momen ‘terbakar’ tercipta? Entahlah. Barangkali kau tahu?

Selasa, 15 Maret 2011

AYO MENULIS!

Teman, percaya deh sama aku, bahka kau tidak perlu memikirkan apakah kau bisa menulis atau tidak. Dengan membaca buku ini--yang tidak berbelit-belit teori tapi langsung ke pusat sasaran dan dengan bahasa 'kita'--kau akan bisa menulis Diari, Puisi dan Cerita Fiksi.

Tunggu terbitnya dan pesan di toko buku terlengkap di kotamu, ya!